Indonesia sedang berada di tengah pergeseran besar menuju masyarakat tanpa tunai (cashless society). Motor utama dari perubahan ini adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Sejak diluncurkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) pada 17 Agustus 2019, QRIS telah mengubah wajah transaksi harian masyarakat, mulai dari pedagang kaki lima hingga pusat perbelanjaan mewah.
Sejarah dan Latar Belakang Kelahiran QRIS
Sebelum adanya QRIS, ekosistem pembayaran digital di Indonesia sangat terfragmentasi. Setiap penyedia jasa pembayaran (PJP) memiliki kode QR sendiri. Seorang pedagang harus memajang banyak kode QR jika ingin menerima pembayaran dari berbagai aplikasi seperti GoPay, OVO, LinkAja, atau aplikasi perbankan m_banking. Hal ini tidak efisien bagi pedagang dan membingungkan bagi konsumen.
QRIS lahir sebagai solusi untuk menyatukan berbagai kode QR tersebut menjadi satu standar tunggal. Dengan semboyan UNNGUL (Universal, Gampang, Untung, dan Langsung), QRIS memungkinkan satu kode QR dipindai oleh aplikasi pembayaran apa pun yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia. Ini adalah tonggak sejarah dalam standardisasi sistem pembayaran nasional.
Tahapan Perkembangan dan Inovasi QRIS
Perkembangan QRIS tidak berhenti pada penyatuan kode. Bank Indonesia terus melakukan inovasi secara bertahap untuk memperluas kegunaannya:
1. QRIS Tanpa Tatap Muka (TTM)
Munculnya pandemi COVID-19 menjadi katalisator utama adopsi QRIS. Inovasi TTM memungkinkan konsumen melakukan pembayaran tanpa harus datang ke lokasi pedagang. Konsumen cukup mengirimkan gambar kode QR melalui aplikasi pesan, dan transaksi dapat diselesaikan dari rumah.
2. QRIS Cross-Border (Antarnegara)
Salah satu pencapaian paling membanggakan adalah ekspansi QRIS ke mancanegara. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah bisa menggunakan aplikasi pembayaran lokal mereka untuk berbelanja di Thailand, Malaysia, dan Singapura hanya dengan memindai kode QR standar negara tersebut. Sebaliknya, turis dari negara tersebut juga bisa bertransaksi di Indonesia menggunakan QRIS.
3. QRIS CPM (Customer Presented Mode)
Berbeda dengan cara biasa di mana kita memindai kode pedagang, pada mode CPM, pedaganglah yang memindai kode QR yang muncul di layar ponsel konsumen. Ini mempercepat proses transaksi di kasir ritel besar yang memiliki volume antrean tinggi.
4. QRIS TUNTAS (Tarik Tunai, Setor, dan Transfer)
Inovasi terbaru ini memungkinkan pengguna QRIS melakukan tarik tunai di ATM atau agen, menyetor uang tunai, hingga melakukan transfer antar-pengguna tanpa perlu menggunakan kartu debit fisik. Ini sangat membantu inklusi keuangan di daerah yang akses ATM-nya terbatas.
Dampak Terhadap UMKM dan Inklusi Keuangan
Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah pihak yang paling merasakan dampak positif QRIS. Berdasarkan data Bank Indonesia, lebih dari 90% pengguna QRIS adalah pelaku UMKM.
-
Pencatatan Keuangan Otomatis: Dengan QRIS, setiap transaksi tercatat secara digital. Hal ini memudahkan UMKM memiliki riwayat transaksi yang rapi, yang nantinya bisa digunakan sebagai syarat pengajuan kredit ke bank (credit scoring).
-
Keamanan: Penggunaan QRIS meminimalkan risiko menerima uang palsu dan menghindari masalah kembalian yang sering kali sulit disediakan oleh pedagang kecil.
-
Modernisasi Usaha: QRIS menaikkan kelas pedagang kecil. Dengan menyediakan pembayaran digital, mereka terlihat lebih profesional dan mampu menjangkau konsumen generasi muda yang jarang membawa uang tunai.
Tantangan dalam Adopsi QRIS

Meskipun pertumbuhannya eksponensial, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah Literasi Digital di daerah pelosok. Masih banyak masyarakat yang merasa khawatir dengan keamanan transaksi digital atau takut terkena biaya tambahan (MDR – Merchant Discount Rate).
Tantangan lainnya adalah infrastruktur jaringan internet yang belum merata di seluruh pelosok Indonesia. Karena QRIS membutuhkan koneksi internet real-time, gangguan jaringan dapat menghambat proses transaksi. Selain itu, aspek keamanan siber seperti modus penipuan penggantian stiker QRIS asli dengan QRIS palsu menjadi fokus utama yang terus diperangi melalui edukasi masyarakat.
Masa Depan QRIS di Indonesia
Ke depan, QRIS diproyeksikan akan menjadi tulang punggung ekonomi digital nasional. Bank Indonesia menargetkan perluasan pengguna hingga menyentuh angka puluhan juta pengguna baru setiap tahunnya. Integrasi QRIS dengan sistem identitas digital dan layanan keuangan lainnya akan menciptakan ekosistem yang semakin efisien.
Perkembangan QRIS juga akan semakin memperkuat posisi rupiah dan kedaulatan data ekonomi Indonesia. Dengan transaksi yang bersifat domestik dan terstandardisasi, ketergantungan pada jaringan prinsipal internasional dapat dikurangi, yang pada akhirnya akan menekan biaya transaksi bagi seluruh lapisan masyarakat.
QRIS bukan sekadar gambar kode kotak-kotak hitam putih. Ia adalah simbol transformasi digital Indonesia yang inklusif. Dari pasar tradisional hingga mal megah, QRIS telah meruntuhkan sekat-sekat efisiensi dalam bertransaksi. Keberhasilan perkembangan QRIS membuktikan bahwa dengan kolaborasi yang tepat antara regulator, industri perbankan, dan teknologi finansial (fintech), Indonesia mampu menciptakan sistem pembayaran yang modern, aman, dan diakui di kancah internasional.